Failure has taught me so many lessons

Hai, gue Lilie. Mahasiswi kedokteran semester 7 di salah satu fakultas swasta di Bandung.
Gue ada di sini bukan suatu kebetulan, juga bukan suatu  kemauan. Hmmm.. And don't call it paksaan too. Gue ada disini karena satu dan banyak hal dan gue bertahan disini karena satu dan banyak hal juga. Setelah hampir 4 tahun -untungnya gue belum berniat bunuh diri- gue kuliah disini ada banyak banget hal yang baru gue pelajari dan baru gue temui. Fakultas kedokteran dan fakultas lainnya itu sama, sama-sama kuliahan dan bukan SMA. Yang beda adalah pelajarannya. Hahaha...

Kalau ada yang berpikiran bahwa menjadi anak kedokteran itu keren,
gue rasa itu bukan alasan yang tepat buat seseorang memilih jurusan ini. Karena mahasiswa kedokteran sama sekali ga keren. Terutama di mata mahasiswa2 jurusan lain. Kalau di kampus gue, yang keren itu adalah orang-orang modis, rambut di cat, bercelana jeans, kaus, bawa tas yang keliatan ringan banget. Dan pastinya itu bukan anak kedokteran.

Yang keren di kampus gue itu adalah orang-orang yang bisa dengan santainya nunggu lift untuk naik ke lantai 2 padahal jam di tangannya udah lebih dari 5 menit jadwal kuliahannya. Yang pasti itu bukan anak kedokteran.
Yang keren lagi di kampus gue itu, adalah orang-orang yang ketika ujian masih sempet-sempetnya milih baju, bangun pagi untuk menata rambut, sedikit make up dan hm... mandi. Yang pasti itu bukan anak kedokteran.

Ngomong-ngomong soal ujian nih. Gue baru saja selesai menjalani remed -hmm semacam ujian perbaikan-  blok 26 yang adalah blok jiwa. Setiap mahasiswa kedokteran itu pasti pernah okei gue ralat. Sebagian mahasiswa kedokteran itu pernah mengalami yang namanya gagal dalam ujian. Gue pernah beberapa kali, tapi kegagalan gue ga separah yang sekarang. Dari 3 mata pelajaran, gue mendapat bonus gagal 2 pelajaran. Kalau ada orang yang berpikir gue bodoh, terima kasih. Karena kebodohan itu membuat gue mengerti dan belajar banyak hal. Kalau gue ga mengalami kegagalan ini, gue ga akan tahu bahwa salah satu dari banyak hal yang membuat gue bertahan di FK adalah teman-teman.

Gue bersyukur dikasih kegagalan sekarang. Gue bersyukur diberi kesempatan sekali lagi buat memperbaiki kegagalan gue yang bahkan sampai detik ini gue ga paham kenapa gue gagal. *tetep bela diri*.
Tapi gue ga peduli apakah gue gagal karena emang gue bodoh atau karena gue lagi sial. Kunci lulus dan sukses dari ujian di FK itu, 20% otak, 20% penguji dan 60% hoki. Hahaha....

Okei, abaikan semua pembelaan diri gue, karena faktanya adalah gue gagal. Gue down. Banget. Tapi disitu, ada orang-orang yang membantu gue berdiri. Mereka memang bukan membantu gue supaya gue jadi lulus. Tapi mereka membantu gue berdiri untuk mengejar kembali kelulusan yang harusnya gue punya atau ada juga mereka yang hanya menemani gue di bawah dalam diam. Dan gue sangat bersyukur gue punya teman-teman luar biasa! Sometimes, gue berpikir orang-orang ga peduli. Tapi gue tahu, bahwa dibalik ketidak pedulian orang-orang, selalu ada doa mereka menyertai gue, walaupun sekedar "Sukses, Li!" "Semangat, Li!" atau sekedar memberikan wajah simpatinya yang gue rasa lebih ke kasihan trus ngomong "Li, what happened?"

Baiklah. Dan pemenang dari segala-galanya adalah mama dan papa gue yang ga pernah peduli berapa kalipun anaknya jatuh dan gagal, ga pernah ada kekecewaan di muka mereka. Yang mereka lakukan, selalu lakukan dan terus lakukan adalah "Anak mama papa pasti bisa! Jangan stress! Semangat!"
Mereka ga pernah sekalipun kecewa sama gue.
Papa gue adalah seorang dokter, dan dia adalah salah satu dari banyak orang yang ga pernah gagal dalam sepnajang hidupnya menjadi mahasiswa kedokteran ataupun profesinya sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Bahkan dia mendapatkan magna cumlaude di akhir program spesialisnya. Tapi yang dia blg ke gue adalah "Papa ga pernah gagal kaya kamu waktu dulu. Tapi, kalau kamu nanti jadi dokter, pastinya kamu lebih kuat dan hebat dari papa!"

Papa adalah orang yang punya peran besar dalam keberadaan gue di FK. Dia ga pernah maksa gue masuk FK tapi gue tahu dia pengen anaknya jadi kaya dia. Waktu gue kecil, setiap hari gue dibawa ke RS walau cuma sekedar dititipin di ruangan suster, dan itulah kali pertama gue berpikir gue pengen jadi dokter karena gue pengen bisa keliling rumah sakit dan gamau di ruangan suster aja.
Tapi perjalanan menjadi seorang dokter ga sesimple yang gue bayangkan ko.

Balik lagi kepada kegagalan gue. Gue bahkan hampir menyerah, tapi di belakang gue, orang-orang percaya kalau gue bisa! Terus kenapa guenya sendiri ga percaya sama diri gue sendiri? Dari situ gue bangkit. Gue harus buktiin kalau orang-orang yang membuat gue gagal (bahasa halusnya dosen penguji) telah membuat keputusan yang salah membuat gue remed. Dan hari ini, gue bisa! Gue selesai melewati kegagalan gue, dan gue bersumpah ini kali pertama dan terakhir gue gagal.

Dan baiklah... Gatau mau ngomong apa lagi, tapi yang pasti, gue selalu berharap semua orang yang udah membantu gue akan menjadi orang-orang sukses dan ga pernah ada kata kegagalan dalam hidup mereka. I'm so blessed to have people like all of you around me. God bless you, all!!!!
Teruslah maju! Teruslah berusaha! Teruslah semangat dan teruslah berdoa!
FAILURE HAS TAUGHT ME SO MANY LESSONS






Comments

Popular posts from this blog

1 year has passed

Bahagia itu relatif, Sedih itu absolut...

Untuk kamu, kalian dan mereka...